Pages

Subscribe:

Blogroll

Labels

Rabu, 07 Desember 2011

Perkembangan pasar karet alam dalam kurun waktu tiga tahun terakhir relatif
kondusif bagi produsen, yang ditunjukan oleh tingkat harga yang relatif tinggi. Hal
tersebut dikarenakan permintaan yang terus meningkat, terutama dari China, India,
Brazil dan negara-negara yang mempunyai pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Asia-
Pasifik. Menurut IRSG, dalam studi Rubber Eco-Project (2005), diperkirakan akan
terjadi kekurangan pasokan karet alam dalam dua dekade ke depan. Karena itu pada
kurun waktu 2006-2025, diperkirakan harga karet alam akan stabil sekitar US $ 2.00/kg.
Dalam jangka pendek, pertumbuhan ekonomi global tahun 2006 dan 2007
diperkirakan masih cukup baik, hal tersebut dapat terjadi jika kenaikan harga minyak
bumi, inflasi dan kenaikan suku bunga tidak meperlambat pertumbuhan ekonomi
Amerika Serikat yang masih tetap merupakan lokomotif ekonomi dunia. Perkembangan
ekonomi global tentunya akan mempengaruhi permintaan karet alam dan selanjutnya
akan mempengaruhi harga. Konsumsi karet alam pada tahun 2005 sebesar 8.74 juta ton
(pertumbuhan 5.1%), sementara itu produksi hanya sebesar 8.68 juta ton (pertumbuhan
0.4%). Harga karet alam masih tetap mempunyai tendensi menaik pada periode
semester ke dua tahun 2006, hal tersebut dikarenakan permintaan masih lebih besar
dari penawaran dan pertumbuhan ekonomi global, terutama China, Amerika Serikat dan
Jepang masih ”firm and modest”. Jika ”investment fund” dan spekulator melakukan aksi
”profit taking” pada pasar berjangka karet alam (TOCOM), maka akan terjadi lonjakan
naik-turun harga karet alam yang relatif cukup besar.
Harga karet alam yang relatif tinggi saat ini harus dijadikan momentum bagi
Indonesia, untuk mendorong percepatan peremajaan karet yang kurang produktif
dengan menggunakan klon-klon unggul dan perbaikan teknologi budidaya lainnya.
Pengambangan agribisnis karet di Indonesia perlu dilakukan dengan cermat dengan
melalui perencanaan dan persiapan yang matang, antara lain dengan penyedian kredit
peremajaan yang layak untuk karet rakyat, penyedian bahan tanam karet klon unggul
dengan persiapan 1-1,5 tahun sebelumnya, pola kemitraan peremajaan, aspek produksi,
pengolahan dan pemasaran dengan perkebunan besar negara/swasta. Pada tingkat
kebijakan nasional perlu adanya lembaga (dewan komoditas/karet) yang membantu
pengembangan industri karet di Indonesia dalam semua aspek, mulai dari produksi,
pengolahan bahan baku, industri produk karet, serta pemasaran karet dan produk karet.
Pada tingkat implementasi perlu organisasi pelaksana yang kompeten dan aturan main
yang jelas, dalam hal ini tentunya juga terkait dengan adanya otonomi daerah dan
perlunya partsipasi/komitmen yang kuat dari petani/pekebun karet.

0 komentar:

Posting Komentar